Rasakan dan Gerakkan..

Assalamualaikum Wr wb.

Ternyata memang terbukti apa yang kami sampaikan pada surat yang
lalu, bahwa Dakwah sedang berada dalam kondisi yang kurang baik, dan
antum semua,kami yakin, juga dapat merasakannya. Maka Ikhwah, tetaplah
bergerak, berbuatlah sesuatu, perbaikilah……

Ya Ikhwah, Ada tidaknya seorang anda, tidak akan mempengaruhi
pergerakan ini. Pergerakan ini akan tetap terus ada, dengan atau tanpa
seorang anda. Maka, andalah yang membutuhkan pergerakan ini. Andalah
yang akan menghirup udaranya, merasakan sejuknya dan hidup dengannya.

Bergeraklah karena Allah, bergeraklah dan bergeraklah. Hingga
butir-butir keringatmu menjadi izzah yang bersinar, hingga derap
langkahmu menggetarkan hati manusia di sekitar, hingga air matamu
menjadikan bukti hati ikhlasmu.

Perjuangan ini tidak murah, perjuangan ini juga tidak mudah.
Hentakkan kakimu wahai ikhwah, hentakkan hingga bumi Islam merasakan
hangatnya fajar kemenangan.

Selalulah ingat, bahwa Pergerakan kita adalah pergerakan simpatik,
pergerakan yang menyentuh hati, yang menebarkan bunga kedamaian. Tidak
berarti tanpa kobar dan semangat perjuangan, tetaplah ia sebagai jalan
jihad yang indah meski penuh rintangan.

Wallahu’alam bishowab wastagfirullahil adzim.

ALLAHU AKBAR…!!!

From : Fitra Saleh FE UNS ( Galas 2000 )
Thanks bro, atas semangatnya :) Bagaimana kabar jundi kecilmu ? Sudah umur berapa ? Keep fight bro !!

December 9th, 2006

Berhenti Berarti Kalah

Oleh Chandra Kurniawan

“Kadang ke Kufah, kadang ke Bashrah, kadang ke Hijaz, dan kadang ke Yaman. Sampai kapan?”

“Bersama
mihbarah (wadah tinta) sampai ke maqbarah (kuburan),” jawab Imam Ahmad
bin Hanbal saat ditanya tentang kegigihannya dalam menuntut ilmu.

***

Setelah membaca buku Riwayat Sembilan Imam Fikih, aku berkata
dalam hati, bahwa aku adalah orang besar. Dan kebesaranku dimulai dari
apa yang telah kutulis selama ini. Tulisan-tulisanku merupakan bentuk
lain dari perasaan, kemarahan dan kebencianku akan suatu hal.

Aku
berpikir bahwa aku adalah orang besar yang kelak akan memikul amanah
dakwah dan ummah. Tapi tiba-tiba hati kecilku bertanya,
“Perangkat-perangkat apa saja yang telah engkau miliki dan jalan apa
saja yang telah engkau tempuh untuk mendapatkannya?” Aku menjawab, “Aku
belum punya apa-apa selain keinginanku yang menggebu-gebu.” Hati
kecilku kembali berkata, “Aku tahu itu, tetapi itu belumlah cukup.
Keinginan itu harus diiringi dengan pelaksanaan yang baik dan
konsisten. Engkau harus menjalankannya dengan sungguh-sungguh dan tidak
setengah-setengah, atau engkau tidak akan pernah mencapainya. Selama
ini aku perhatikan engkau tidak menjalankannya dengan teguh. Engkau
lemah oleh bujuk rayu setan dan kemudian menjerumuskanmu pada pelbagai
bentuk kemaksiatan. Walaupun pada akhirnya engkau mengakui kesalahanmu
itu. Engkau harus kuat. Engkau harus sabar. Bergaullah dengan
orang-orang yang shalih karena mereka akan menjaga dan membimbingmu.
Takutlah akan azab-Nya yang pedih dikala engkau seorang diri. Tutuplah
rapat-rapat mulutmu dari perkataan dusta. Pergunakanlah harta bendamu
untuk tujuan yang mulia. Jauhilah sumber-sumber fitnah. Banyaklah
menuntut ilmu dan merenungkannya. Tepati janji yang pernah engkau
ucapkan. Dan rajin-rajinlah mendekatkan diri kepada Allah.”

Nasihat
yang baik. Hati kecilku berkata benar karena ia tak pernah berdusta.
Menjadi orang besar bukan perkara mudah, pikirku. Menjadi orang besar
berarti mempertaruhkan seluruh kehidupan untuk menggapai apa yang
dicita-citakan. Ini tentu saja akan menyedot dan menguras seluruh
energi, pikiran, tenaga, dan waktu. Aku pikir, betapa hebat dan
mulianya orang-orang besar itu karena mereka telah menang dan kembali
dengan jiwa yang tenang. Benarlah apa yang dikatakan seorang ulama,
janganlah engkau hanya melihat kesuksesan seseorang, tetapi lihatlah
proses mereka meraih kesuksesan itu.

Dari sembilan imam fikih
yang kubaca sejarahnya, tak satupun yang tidak pernah mendapat ujian
dan cobaan; dipenjara, diasingkan dan disiksa. Bahkan Imam Zaid bin Ali
dibunuh dan mayatnya disalib di tempat umum. Untuk menjadi orang besar,
mereka harus mempertaruhkan apa yang mereka punya termasuk diri mereka
sendiri. Mereka tidak terikat pada suatu apa pun kecuali hanya kepada
Allah dan Rasul-Nya. Jika ada perkataan mereka tidak sesuai dengan
ketentuan Allah dan Rasul-Nya, mereka menyuruh kita agar
meninggalkannya. Mereka tidak merasa malu mengatakan “saya tidak tahu”,
sekalipun ilmu mereka luas dan kepakaran mereka tak tertandingi. Sejak
kecil mereka sudah gigih menuntut ilmu dan merenungkan
kejadian-kejadian yang ada disekelilingnya sehingga hati menjadi peka
terhadap problematika umat. Tidak heran jika mereka mampu menghafal
al-Quran sejak usia 10 tahun, 9 tahun, atau bahkan kurang dari itu.
Bandingkan dengan keadaan kita saat ini, di usia yang kepala dua, tiga,
atau bahkan lebih dari itu, kita belum mampu menghafalnya dengan
sempurna. Pada usia dini pula, mereka telah mampu menghafal hadits dan
buku-buku karangan guru mereka. Semangat dan etos kerja yang telah
tertanam sejak kecil, ditambah dengan lingkungan yang kondusif
(lingkungan para alimin dan shalihin), setahap demi setahap cita-cita mereka raih.

Namun,
bagi kita, perjuangan belum terlambat untuk terus kita kumandangkan.
Dengan segala apa yang ada pada diri kita dan dengan semangat yang kita
kobarkan dan dengan amal yang kita kerjakan dengan sungguh-sungguh,
demi Allah, semua itu tidaklah sia-sia. Kita harus bangkit dari
keterpurukan dan kemalasan ini. Kita harus raih kemuliaan sebelum ajal
datang menjemput. Al-Khawarizmi, seorang ahli matematika tersohor dan
penemu ilmu aljabar, ternyata baru belajar matematika ketika berusia 24
tahun. Sebelumnya dia adalah pemuda pengangguran yang senang bermain
musik. Tapi dia sadar, bahwa apa yang dilakukannya itu adalah
kesia-siaan dan kelalaian. Kemudian dia beralih dan mengerjakan
pekerjaan yang jauh lebih bermanfaat. Usia bukanlah penghalang untuk
meraih apa yang dicita-citakannya. Kelak beliau dikenal sebagai sosok
yang menguasai banyak ilmu pengetahuan mulai dari fisika, kimia,
astronomi, filsafat, matematika, dan tentu saja pandai memainkan alat
musik.

Imam Bukhari biasa bangun dari tidur, lalu menyalahkan
lampu dan menuliskan faedah suatu hadits yang terlintas dalam
pikirannya, kemudian tidur lagi dan kembali bangun hingga beliau dalam
sebagian malam melakukan perbuatan ini sampai 20 kali.

Imam Abul
Wafa bin Aqil al-Hanbali berkata, “Tak halal bagiku menyia-nyiakan
sejam pun dari umurku. Sampai-sampai bila lidahku sudah tak mampu untuk
bertutur kata, dan penglihatanku tak bisa membaca, aku tetap
menjalankan daya pikirku meskipun aku berbaring istirahat. Sehingga aku
tak akan bangkit kecuali telah terlintas dalam pikiranku apa yang akan
kutulis. Pada umur 80 tahun aku amat gemar kepada ilmu, yang tak
kualami ketika aku masih berumur 20 tahunan.”

Imam Ibnul Qayyim
al-Jauziyah berkata, “Saya kenal seseorang yang sedang sakit demam dan
sakit kepala, sedang kitab yang dibacanya tetap berada di atas
kepalanya. Apabila sedang siuman maka ia membacanya dan apabila sedang
sakit yang sangat, maka ditaruhnya kitab itu di atas kepalanya. Di
suatu hari tabib memeriksa sakitnya itu, sedang ia dalam keadaan
sedemikian itu, lalu tabib itu berkata, ‘Sungguh tuan jangan melakukan
hal ini (membaca), karena akan membahayakan ketahanan tubuh tuan dan
dapat berakibat lebih fatal lagi’.”

Syaikh Abdul Adzim bercerita
tentang Ishak bin Ibrahim al-Muradi, sebagaimana penuturannya, “Saya
belum pernah melihat dan mendengar orang yang lebih banyak kesibukannya
sepanjang siang hingga larut malam. Saya bertetangga dengan beliau,
rumah beliau dibangun setelah 12 tahun rumahku berdiri. Setiap kali
saya terjaga di keheningan malam, selalu terbias sinar lentera dari
dalam rumahnya, dan beliau sedang sibuk dengan pencarian ilmu; bahkan
sewaktu makan beliau selingi pula dengan membaca kitab-kitab.”

Menjelang
wafat Imam ath-Thabari, Ja’far bin Muhammad memanjatkan doa untuknya.
Ath-Thabari kemudian meminta tempat tinta dan selembar kertas dan
menulis doa itu. Dia ditanya, “Apa arti semua ini?” Maka dia menjawab,
“Sepantasnyalah bagi seorang untuk memungut ilmu hingga menjelang
kematiannya.” Beberapa saat kemudian beliau wafat.

Imam al-Izz Izzuddin Abdussalam meninggal dunia pada usia 83 tahun pada saat beliau sedang berusaha menafsirkan ayat al-Quran, “Allahu nuurus samawati wal ardh” di hadapan murid-muridnya. Achdiat K. Miharja penulis novel Atheis, mampu menulis novel setebal 219 berjudul Manifesto Khalifatullah pada saat berusia 94 tahun.

Merekalah
orang-orang yang tidak terhalang oleh waktu dan peristiwa. Bagi mereka,
menuntut ilmu dan mengajarkannya kepada orang banyak adalah keutamaan
yang besar dan harus mereka jalani hingga maut datang menjemput. Tidak
ada kata terlambat untuk menuntut ilmu, berkarya dan meraih prestasi.
Berhenti berarti kalah! Karena orang yang berhenti sama saja dengan
orang yang mati.

seruling_daud@yahoo.com http://penulis-muda.blogdrive.com

February 5th, 2007

Aku ingin kaya….

Tanah Penghabisan

(How Much Land Does a Man Want/Leo Tolstoy/Priharto-Bobo No. 50/XXVIII)

"Aku bosan miskin," kata Pahom pada suatu hari.
Istri dan anak-anaknya tertawa.
"Aku ingin kaya. Aku ingin punya tanah yang lebih luas. Juga ternak yang lebih banyak. Tidak seperti sekarang, hanya cukup untuk makan keluarga kita saja," lanjut Pahom.
"Kalau begitu, bekerjalah lebih rajin. Aku dengar, tetangga kita yang kaya itu akan menjual tanahnya," kata istri Pahom.
Pahom ingin, ingin sekali, membeli tanah itu. Dia berpikir keras bagaimana caranya.
"Kita beli saja tanah itu. Caranya, kita jual semua sapi kita. Uangnya kita belikan tanah itu," kata Pahom dengan suara sangat gembira keesokan harinya.
Pahom lalu menjual semua ternaknya dan membeli tanah itu. Sekarang tanahnya lebih luas dari yang dimiliki sebelumnya. Dia pun bekerja lebih keras mengolah tanahnya. Hasilnya menakjubkan. Panennya melimpah. Uang hasil panennya kembali dibelikan tanah sehingga tanah Pahom makin luas. Pahom juga membeli ternak.
Pahom kemudian membagi dua tanahnya. Sebagian untuk tanah pertanian, sebagian lagi untu tempat merumput ternaknya. Masalah mulai timbul ketika sapi-sapi tetangga Pahom ikut merumput di tanah peternakannya. Karena kesal, Pahom memagari seluruh tanahnya. Dasar binatang, meskipun sudah di pagar, tetap saja sapi-sapi itu merumput di tanah Pahom. Pagar yang dibuat Pahom sia-sia saja. Dengan mudah sapi-sapi itu merubuhkannya.
Pahom mengadukan kekesalannya kepada hakim setempat. Hakim lalu menyuruh para pemilik sapi itu membayar denda akibat perusakan pagar oleh sapi-sapi mereka. Hal itu membuat tetangga-tetangga tidak senang pada Pahom.
"Sombong sekali dia sekarang."
Pahom tidak peduli.
Tetangga semakin membenci.
Akhirnya Pahom memutuskan pergi.
Pahom dan keluarganya pindah ke tempat yang jauh dari desa asalnya. Penduduk di tempat itu masih sedikit sehingga harga tanah masih sangat murah. Karenanya, Pahom bisa membeli tanah yang lebih luas dari yang dimilikinya sebelumnya.
"Betapa senangnya kalau tanahku lebih luas lagi," katanya pada anak dan istrinya.
Pada suatu hari ada orang memberi tahu tentang tanah yang subur dan murah harganya.
"Tapi tempatnya agah jauh," kata orang itu.
"Sejauh apa pun akan kudatangi," jawab Pahom.
Lalu, dengan membawa uang yang banyak dan bekal yang cukup Pahom pun pergi ke tempat itu, negeri Bashkir namanya. Ternyata, tanahnya memang subur. Dan harganya pun murah, murah sekali.
"Dengan uang sebanyak ini kau boleh membali tanah seluas kau suka," kata orang yang rupanya menjadi semacam kepala suku di tempat itu.
Pahom diberi waktu satu hari penuh untuk menentukan luas tanah yang akan dimilikinya. Caranya, Pahom harus menancapkan sejumlah patok dengan membentuk bidang segi empat di atas tanah seluas dia suka. Dimulai dari tempatnya berdiri sekarang dan berakhir di tempat yang sama.
"Ingat, waktumu hanya satu hari. Sebelum matahari terbenam, kau harus sudah di sini lagi. Kalau tidak, maka kau tak akan mendapat apa-apa. Dan uangmu tak kembali. Sekarang, kau boleh mulai pekerjaanmu. Kami akan menunggumu di atas bukit ini," kata Sang Kepala Suku.
"Baik," sahut Pahom.
Pahom pun mulai menancapkan patok pertamanya. Karena waktu yang dimilikinya cukup banyak, Pahom merasa tidak perlu buru-buru. Setelah sadar bahwa dengan cara itu tanah yang diperolehnya tidak akan luas, Pahom mulai mempercepat lagkahnya. Kadang-kadang Pahom berlari. Pada jarak yang sudah cukup jauh dari patok pertama, Pahom menancapkan patok keduanya. Setelah itu bergegas lagi, setengah berlari untuk mencapkan patok berikutnya. Begitu seterusnya. Entah sudah berapa patok ditancapkannya. Jarak antara Pahom dan Kepala Suku beserta anak buahnya kini sudah begitu jauh sehingga mereka kelihatan begitu kecil.
Matahari kian tergelincir ke barat, pertanda hari semakin sore. Pahom seperti disadarkan bahwa waktu yang dimiliki tak banyak lagi. Dia pun berlari ke arah bukit tempat sang kepala suku beserta anak buahnya menunggu. Dia berlari, berlari, dan berlari. Pahom berlari lebih kencang dari sebelumnya.
"Ayo, cepat! Atau kau akan kehilangan uangmu!" begitu teriak orang-oang di atas bukit yang menunggunya.
Pahom mempercepat larinya. Jaraknya masih agah jauh dari bukit yang ditujunya. Hari makin sore.
Pahom cemas. Dia semakin mempercepat larinya.
Tinggal beberapa belas meter lagi.
Engahan nafas Pahom mulai terdengar jelas.
Kini tinggal beberapa meter lagi.
Tiba-tiba orang-orang memekik.
Pahom jatuh tak jauh dari tempat mereka berdiri.
Orang-orang pun gaduh ketika Pahom ternyata tak bangun lagi. Mati. Sang Kepala Suku lalu menghampiri tubuh Pahom, kemudian membuat lingkaran yang sedikit lebih besar dari tubuh yang sudah tak bernyawa itu.
"Kuburkan dia di sini. Inilah tanah penghabisan yang bisa dia miliki. Orang mati tak membutuhkan tanah yang lebih luas dari ini." *****

September 5th, 2006

Belajar Mencintai Seseorang Yg Tdk Sempurna Dgn Cara Yg Sempurna

November 2nd, 2007

Ketika kita bertemu orang yang tepat untuk dicintai, Ketika kita berada di tempat pada saat yang tepat, Itulah kesempatan. Ketika kita bertemu dengan seseorang yang membuatmu tertarik, Itu bukan pilihan, itu kesempatan.

Bertemu dalam suatu peristiwa bukanlah pilihan, Itupun adalah kesempatan.

Bila kita memutuskan untuk mencintai orang tersebut, Bahkan dengan segala kekurangannya, Itu bukan kesempatan, itu adalah pilihan. Ketika kita memilih bersama dengan seseorang walaupun apapun yang terjadi, Itu adalah pilihan. Bahkan ketika kita menyadari bahwa masih banyak orang lain Yang lebih menarik, lebih pandai, lebih kaya daripada pasanganmu Dan tetap memilih untuk mencintainya, Itulah pilihan.

Perasaan cinta, simpatik, tertarik, Datang bagai kesempatan pada kita. Tetapi cinta sejati yang abadi adalah pilihan. Pilihan yang kita lakukan. Berbicara tentang pasangan jiwa, Adasuatu kutipan dari film yang Mungkin sangat tepat : "Nasib membawa kita bersama, tetapi tetap bergantung pada kita bagaimana membuat semuanya berhasil" Pasangan jiwa bisa benar-benar ada. Dan bahkan sangat mungkin ada seseorang Yang diciptakan hanya untukmu. Tetapi tetap berpulang padamu Untuk melakukan pilihan apakah engkau ingin Melakukan sesuatu untuk mendapatkannya, atau tidak… Kita mungkin kebetulan bertemu pasangan jiwa kita, Tetapi mencintai dan tetap bersama pasangan jiwa kita, Adalah pilihan yang harus kita lakukan. Kita ada di dunia bukan untuk mencari seseorang yang sempurna untuk dicintai TETAPI untuk belajar mencintai orang yang tidak sempurna dengan cara yang sempurna.

Biar Cinta itu Bermuara Dengan Sendirinya…..

Kenapa tak pernah kau tambatkan.
perahumu di satu dermaga?
Padahal kulihat, bukan hanya satu.
pelabuhan tenang yang mau menerima.
kehadiran kapalmu!

Kalau dulu memang pernah ada.
satu pelabuhan kecil, yang kemudian.
harus kau lupakan,
mengapa tak kau cari pelabuhan lain,
yang akan memberikan rasa damai yang lebih?

Seandainya kau mau,
buka tirai di sanubarimu, dan kau akan tahu,
pelabuhan mana yang ingin kau singgahi untuk selamanya,
hingga pelabuhan itu jadi rumahmu,
rumah dan pelabuhan hatimu.

( Judul Puisi " Pelabuhan " karya Tyas Tatanka, kumpulan puisi 7 penyair serang)


Adakalanya kita begitu yakin bahwa kehadiran
seseorang akan memberi sejuta makna bagi isi jiwa. Sehingga…. saat
seseorang itu pun hilang begitu saja… Masih ada setangkup harapan
agar dia kembali….Walaupun ada kata-katanya yang menyakitkan hati….
akan selalu ada beribu kata maaf untuknya…. Masih ada beribu
penantian walau tak pasti… Masih ada segumpal keyakinan bahwa dialah
jodoh yang dicari sehingga menutup pintu hati dan sanubari untuk yang
lain. Sementara dia yang jauh disana mungkin sama sekali tak pernah
memikirkannya. Haruskah mengorbankan diri demi hal yang sia-sia??

Masih
ada sejuta asa…. Masih ada sejuta makna…..Masih ada pijar bintang
dan mentari yang akan selalu bercahaya dilubuk jiwa dengan menjadi
bermakna dan bermanfaat bagi sesama….

"Lalu… bagaimana dengan cinta yang dulu pernah ada?? ” tanya saya suatu hari.

Suara hati itu berujar, " Biarkan cinta itu bermuara dengan sendirinya… disaat
yang tepat… dengan seseorang yang tepat…. dan pilihan yang
tepat……hanya dari Allah Swt. disaat dihalalkannya dua manusia untuk
bersatu dalam ikatatan pernikahan yang barokah.."

Semoga saja akan demikian adanya…

Tapi,….
Ya Allah, kenapa ini ?

Kenapa aku belum bisa melupakannya…..?

Kenapa aku masih mencintainya……?

Walaupun aku tahu, aku tidak mungkin memilikinya…

Walaupun aku tahu, aku tidak pantas untuknya….

Memang cinta tidak harus memiliki…

Dan memiliki terkadang tidak butuh cinta…

Memang tabiat dunia itu seperti ini, kadang apa yang kita inginkan…

Tidak semuanya harus tercapai……


By : Soeara hatikoe December 3rd, 2006

ADA APA DENGAN PERNIKAHAN

Benarkah menikah didasari oleh
kecocokan?

Kalau dua-duanya doyan musik, berarti
ada gejala bisa langgeng..
Kalau sama-sama suka sop buntut
berarti masa depan cerah…(That
simple?……..)

Berbeda dengan sepasang sandal yang
hanya punya aspek kiri dan kanan,
menikah adalah persatuan dua manusia,
pria dan wanita. Dari anatomi
saja sudah tidak sebangun, apalagi
urusan jiwa dan hatinya.

Kecocokan, minat dan latar belakang
keluarga bukan jaminan segalanya
akan
lancar.. Lalu apa?
MENIKAH adalah proses pendewasaan. Dan
untuk memasukinya diperlukan
pelaku
yang kuat dan berani.
Berani menghadapi masalah yang akan
terjadi dan punya kekuatan untuk
menemukan jalan keluarnya.

Kedengarannya sih indah, tapi
kenyataannya?
Harus ada ‘Komunikasi Dua Arah’, ‘Ada
kerelaan mendengar kritik’, ‘Ada
keikhlasan meminta maaf’, ‘Ada
ketulusan melupakan kesalahan,dan
Keberanian untuk mengemukakan
pendapat’.

Sekali lagi MENIKAH bukanlah upacara
yang diramaikan gending cinta,
bukan rancangan gaun pengantin ala
cinderella, apalagi rangkaian mobil
undangan yang memacetkan jalan.

MENIKAH adalah berani memutuskan untuk
berlabuh,
ketika ribuan kapal pesiar yang
gemerlap memanggil-manggil

MENIKAH adalah proses penggabungan dua
orang berkepala batu dalam
satu ruangan dimana kemesraan, ciuman,
dan pelukan yang
berkepanjangan hanyalah bunga.

Masalahnya bukanlah menikah dengan
anak siapa, yang hartanya berapa,
bukanlah rangkaian bunga mawar yang
jumlahnya ratusan, bukanlah
perencanaan berbulan-bulan yang
akhirnya membuat keluarga saling
tersinggung, apalagi kegemaran minum
kopi yang sama…

MENIKAH adalah proses pengenalan diri
sendiri maupun pasangan anda.
Tanpa mengenali diri sendiri,
bagaimana anda bisa memahami
oranglain…??
Tanpa bisa memperhatikan diri sendiri,
bagaimana anda bisa
memperhatikan
pasangan hidup…??

MENIKAH sangat membutuhkan keberanian
tingkat tinggi, toleransi
sedalam samudra,serta jiwa besar
untuk ‘Menerima’ dan ‘Memaafkan’. (ei)

Tapi ada satu yang bisa kita sepakati
bersama tentang
cinta. Bahwa cinta, akan membawa
sesuatu menjadi lebih
baik, membawa kita untuk berbuat lebih
sempurna.
Mengajarkan pada kita betapa, besar
kekuatan yang
dihasilkannya. Cinta membuat dunia
yang penat dan
bising ini terasa indah, paling tidak
bisa kita
nikmati dengan cinta. Cinta
mengajarkan pada kita,
bagaimana caranya harus berlaku jujur
dan berkorban,
berjuang dan menerima, memberi dan
mempertahankan.

By : Medi T.Kelautan ‘98

Thank’s bro you are memang best frend Gue
November 29th, 2006

Sabar ya…

Kapal itu dirancang untuk mengarungi samudera..
Kapal juga dirancang agar tahan terhadap badai & hempasan ombak..

Begitu pun manusia..
Allah SWT menciptakanmu untuk dapat mengarungi kehidupan dengan baik..
Allah SWT juga memberikan cobaan sesuai dengan kemampuanmu..

Jadi kamu harus bersabar…
Jadi kamu harus tahan terhadap cobaan..
Jadi kamu harus bisa menyelesaikan masalahmu..

Seberat apapun..
Sebanyak apapun..kamu harus menyelesaikannya..
Janganlah lari dari tanggung jawab…
Karena Allah akan tetap meminta pertanggungjawabanmu…

Yakinlah…
Di dalam kesulitan pasti ada kemudahan..
Badai pasti berlalu..
Bekerjalah semoga Allah,Rasul dan orang2 yang beriman melihat pekerjaanmu..

Janganlah berhenti di sini..
Karena berhenti sama halnya dengan mati…

Suara hatiku berkata…
Kenapa kamu bisa lemah seperti ini dik..
Pejuang tidak pernah lemah…
Ayo semangat..aku yakin kamu bisa melakukannya..

Chayo..chayo..

Aku berkata..
Aku sudah berusaha tapi kenapa seperti ini..
Semuanya tidak sesuai dengan apa yang kuinginkan..
Semoga Allah meringankan setiap langkahku..
Tapi aku yakin….
Allah akan memberikan yang terbaik untukku…

By : Soeara hatikoe November 9th, 2006

Nasehat Bermakna

"Dunia itu manis lagi hijau. Siapa yang memperoleh harta dari usaha halalnya lalu membelanjakannya sesuai dengan hak-haknya, maka Allah akan memberinya pahala dari nafkahnya itu, dan Dia akan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Siapa yang memperoleh hartanya dari jalan haram lalu ia membelanjakannya bukan pada hak-haknya, maka Allah akan menjerumuskannya ke dalam tempat yang menghinakan (neraka). Banyak orang yang dititipi harta Allah dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat mendapat siksa api neraka." (HR, al-Baihaqi)