Goblok, Enjoy Aja!

Judul buku : Guru Goblok Ketemu Murid Goblok

Penulis: Iman Supriyono

Penerbit: SNF Consulting, Surabaya
( www.snfconsulting.com )
Cetakan: I, Mei 2008

Tebal : 264 Halaman



—–

Sangat banyak di negeri ini orang yang sesungguhnya pantas
disebut sebagai orang goblok, tetapi tidak pernah mau untuk mengakui
kegoblokannya. Apalagi sampai dengan menyadari bahwa dirinya
benar-benar goblok. Mengapa demikian? Memang sangat memerahkan telinga
–dan pasti ingin melakukan tindakan-tindakan yang benar-benar
”goblok”– apabila ada yang menyematkan identitas pada diri dengan
panggilan ”orang goblok”.

Meskipun demikian, di balik sangat banyaknya orang goblok yang emoh
disebut sebagai orang goblok, masih ada sebagian kecil orang yang sudi
untuk mengakui dan menyadari bahwa dirinya memang goblok. Bahkan mereka
tampak enjoy untuk menyebut dan disebut sebagai orang goblok.
Mengapa pula demikian? Karena dengan memproklamasikan diri sebagai
”orang goblok”, mereka mampu melapangkan jalan kesempatan yang luas
dan panjang untuk selalu belajar dan belajar.

Salah satu manusialangka yang tidak malu untuk mendeklarasikan diri sebagai ”orang
goblok” adalah Iman Supriyono (dan gurunya, Abdul Rachim). Dengan
kesadarannya yang sangat dalam sebagai orang goblok, akhirnya buku Guru Goblok Ketemu Murid Goblok ini pun lahir. Hebatnya lagi, buku Iman Supriyono yang (merasa) goblok ini merupakan karya buku ke-7. Hebat kan,
orang goblok bisa menulis buku, sampai tujuh lagi. Padahal yang selama
ini mengaku ”pinter” saja banyak yang tidak mampu menggoreskan satu
pun kalimat bermakna, dan selalu marah kalau dipanggil ”goblok”.

Tapi Iman Supriyono dan gurunya bukanlah orang ”goblok” yang sembarang
goblok. Mereka adalah jenis manusia ”goblok” khusus. Menurutnya,
kegoblokan manusia itu dapat dipilah menjadi tiga tingkatan. Yakni,
orang goblok yang masih menyadari bahwa dirinya goblok. Goblok tingkat
pertama ini bahkan menurut Iman Supriyono merupakan goblok yang
disarankan. Seseorang boleh saja (dan bahkan harus) merasa goblok.
Syaratnya, masih menyadari bahwa dirinya goblok dan kemudian mau
belajar terus. Bahkan setiap saat kita harus merasa goblok. Maksudnya?
Setiap saat merasa ada sesuatu yang kita ingin bisa tetapi belum bisa.
Tindak lanjutnya dengan belajar hingga bisa. Begitu bisa, segera
temukan apa lagi yang belum bisa. Temukan satu kegoblokan lagi.
Demikian seterusnya. Selalu goblok (hlm. 83). Inilah yang disebut
sebagai ”goblok dinamis" atau goblok yang beruntung.

Sedangkan tingkatan kedua,orang goblok yang tidak menyadari bahwa dirinya goblok. Orang goblokjenis ini tidak akan pernah berkembang (stagnan). Inilah yang juga bisa
disebut dengan ”goblok statis”, karena membiarkan diri untuk tetap
goblok dalam satu hal selamanya.

Dan, tingkatan ketiga, orang goblok yang tidak merasa dirinya goblok dan bahkan suka
menggoblok-goblokkan orang lain. Inilah jenis manusia yang terjangkiti
penyakit goblok total, goblok sempurna, goblok absolut. Orang goblok
absolut ini bila dinasehati tentang kegoblokannya, serta merta ia
menolak. Bahkan merasa dirinya lebih pintar dari orang yang
menasehatinya. Inilah jenis manusia yang merasa pintar padahal goblok.
Karena itu, Iman Supriyono mewanti-wanti agar kita tidak termasuk
golongan orang yang goblok jenis ini. Bahaya !!! (hlm. 84).

Tetapi,
untuk menjadi ”goblok dinamis” pun membutuhkan kecerdasan yang
berlipat. Untuk belajar menumbuhkan kesadaran sebagai orang goblok,
dibutuhkan seorang guru yang bisa mendidik untuk bisa merasa goblok.
Nah, guru jenis ini pun ternyata juga sangat langka. Sebab yang banyak
ialah guru yang menuntut muridnya pintar dan cenderung menyisihkan
murid yang bergaya goblok. Sang guru kerapkali juga tidak mau
dikalahkan oleh muridnya, sehingga dia sendiri pun kemudian menjadi sok pintar dan keminter.

Karena itulah, Iman Supriyono pantas merasa bersyukur karena bisa bertemu dan
mendapatkan guru yang sudi mendidiknya untuk bisa merasa goblok. Lebih
dari itu, Pak Rohim –yang diklaimnya sebagai guru (dalam buku ini)–
rela untuk menggoblokkan dirinya yang tidak pernah bosan untuk mendidik
dan bahkan memberi kepercayaan terhadap murid-muridnya yang goblok.

Dengan tempaan guru gobloknya, akhirnya Iman Supriyono yang saat ini merupakan
konsultan senior di SNF Consulting tidak pernah berhenti untuk terus
merasa goblok. Salah satu bukti kesadaran akan kegoblokan dirinya ialah
tentang mimpinya untuk bisa membuat kantor konsultan yang bisa
dipercaya perusahaan-perusahaan kelas dunia. Akan tetapi hingga saat
ini belum tercapai. Belum bisa. Goblok. Dan, karena itu, ia tidak akan
pernah berhenti untuk mengentaskan diri dari ambisi goblok tersebut
hingga mimpinya jadi kenyataan.

Memperhatikan semangat Iman Supriyono yang meledak-ledak untuk membakar jiwa entrepreneur dan investor ini, maka kehadiran buku perlu menjadi pegangan wajib bagi mereka yang ingin melepaskan diri dari kegoblokan statis dan bahkan kegoblokan
absolut. Bahkan tidak hanya bagi mereka yang sedang ingin mengembangkan
usaha bisnis jasa saja, tetapi juga para pendidik (guru dan dosen) yang
selalu merasa sok lebih pandai dari murid atau mahasiswanya.
Teladan Pak Rohim –yang selalu merasa sebagai guru goblok– perlu
diwarisi para pemegang kunci gerbang dunia akademis.

Ada banyak kelebihan dari buku ini. Bahasa yang digunakan sangat mengalir dan enak
untuk dibaca –saya seperti sedang membaca sebuah novel. Selain itu,
sentilan-sentilan pedas tidak justru membuat kita marah dan menutup
buku. Tapi sebaliknya, justru kian bernafsu untuk menuntaskannya. Tidak
ada kata lain untuk memuaskan rasa penasaran di balik judul buku yang
terkesan ”melecehkan” itu, kecuali membaca isinya. Karena hanya
orang-orang goblok absolut saja yang pasti enggan untuk menikmati buku
ini. (*)

Abd. Sidiq Notonegoro, pengajar di Universitas Muhammadiyah Gresik

Habitus Baru Kebijakan Finansial

Judul buku : Memahami, mengukur,dan Meningkatkan Financial Spiritual Quotient untuk keunggulan diri, perusahaan & masyarakat
Penulis : Iman Supriyono
Penerbit : SNF Consulting, Surabaya
Peresensi : J.Sumardianta
( www.snfconsulting.com )
Cetakan : 4
Tebal : XX + 444 Halaman -----

Ahmad Baidlowi, bukan nama sebenarnya, seorang pengusaha sol sepatu sukses. Ia membuka usaha di sentra industri sepatu di Jawa Timur. Di masa kejayaan, ia sangat dipercaya pemasok. Senantiasa dikirimi barang dagangan bernilai miliaran rupiah tanpa membayar terlebih dulu. Di menara kesuksesan Baidlowi terlena. Ia mengidap sindrom kepuasan finansial dini. Sebuah sedan baru berharga dua ratus juta rupiah dibeli dengan cara mengangsur. Ia ingin, dalam pergaulan sosial, memeragakan diri sebagai orang sukses.

Baidlowi menikah lagi dengan istri kedua di luar kota. Ia sungguh menikmati hidup sebagai pengusaha makmur. Anak-anak disekolahkan di perguruan swasta favorit dengan iuran mahal. Anak-anak dibiasakan hidup di lingkungan orang kaya. Sekolah diantar jemput mobil bagus. Belajar di kelas berpendingin ruangan. Tahun 2003 industri sepatu lesu. Banyak pengusaha sepatu gulung tikar. Bisnis Baidlowi pun kena imbas. Omset sol sepatu terus menukik turun. Sementara gaya hidup tetap berpacu di atas ban berjalan hedonisme (hedonic treadmill). Pola hidup Baidlowi seperti tikus hamster dalam jebakan putar. Kenaikan pendapatan diikuti dengan kenaikan kebutuhan pencetus keinginan (need create want). Semakin kencang hamster berlari semakin banter pula putaran jebakannya.

Satu demi satu bilyet giro (BG) yang dipegang pemasok ditolak bank. Pemasok enggan berurusan dengan Badlowi. Bagai lenyap ditelan bumi, Baidlowi menghilang dari peredaran di tengah derasnya tagihan bertubi relasi bisnis. Sindrom ejakulasi finansial dini bersama sindrom SMS kuadrat (senang melihat orang lain susah dan susah melihat orang lain sukses) merupakan patologi endemik yang merajalela di kalangan masyarakat.

Ahmad Baidlowi, meminjam kerangka berpikir Iman Supriyono, dalam buku FSQ, merupakan contoh ekstem manusia yang tidak cerdas finansial spiritual (FSQ). Buku FSQ didesain Iman Supriyono, konsultan strategic finance, buat membantu khalayak memahami mekanisme finansial yang ditempatkan di atas landasan kokoh kecerdasan spiritual. Profil manusia cerdas finansial spiritual, menurut direktur SNF Consulting Surabaya itu, adalah orang yang memiliki kejujuran dan setia pada komitmen.

Financial Spiritual Quotient (FSQ) dengan rumusan numerik Financial Quotient (FQ) memberikan framework operasional bagaimana mencapai prestasi finansial dengan tetap berpegang pada nilai-nilai spiritual dalam kondisi sedilematis apa pun. Rumusan numerik perhitungan skor FQ memacu orang untuk cerdas mencari uang dengan sumber-sumber halal, terbebas dari perbuatan tercela dan ketergantungan pada orang lain. Makin tinggi skor FQ, makin sukses finansial spiritualnya.

Skor FQ menunjukkan jumlah orang yang bisa mendapatkan manfaat finansial melalui kerja dan investasi si pemilik skor tersebut. FQ 1 mampu menanggung beban finansial satu orang (diri sendiri). FQ 2 mampu menanggung beban finansial 2 orang, yaitu dirinya sendiri dan satu orang lain yang beban finansialnya setara dirinya. FQ 3 mampu menanggung beban finansial 3 orang, yaitu dirinya sendiri, dan dua orang lain yang setara dengannya. Prestasi FSQ orang tua dianggap gemilang bila anak-anaknya bisa mencapai FQ 1 maksimum usia 12 tahun. Ibarat kuliah orang tua dianggap DO bila anak-anak mereka mengidap mentalitas 12 M: Madep mantep melu moro tuwa. Moro tuwa nesu minggat. Moro tuwa mati maris (Berteguh hati hidup bersama mertua. Mertua marah, pergi. Mertua meninggal, nunggu pembagian harta warisan).

With money you can buy: a house, a clock, a bed, a book, a position, blood, sex, and see a doctor. But you can't buy a home, time, sleep, knowledge, respect, life, love, and good health (Dengan uang Anda bisa membeli rumah, jam, tempat tidur, jabatan, darah, dan berobat ke doctor. Kendati demikian Anda tidak bisa membeli hunian yang damai, waktu, istirahat nyaman, pengetahuan, kehormatan, kehidupan, cinta, dan kesehatan).

Peribahasa Tiongkok modern perihal uang tadi kiranya relevan buat mengapresiasi profil-profil manusia yang cerdas finansial spiritual sebagaimana dikisahkan Iman Supriyono secara inspirasional dalam buku FSQ.

Uang bukan segala-galanya tapi tanpa uang menjadi susah segala-galanya. Kopral Satu (Koptu) Wagimin adalah serdadu kelahiran Caruban, Madiun, yang berdinas di Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Gajinya tidak lebih dari 1 juta rupiah per bulan. Koptu Wagimin adalah tentara berpangkat rendah tapi FSQ-nya tinggi. Mula-mula ia berhutang dengan agunan gaji buat membeli sapi. Ia menitipkan sapi-sapinya pada para transmigran Jawa di Pelaihari �60 kilometer selatan Banjarmasin.

Seekor induk sapi biasanya beranak setahun sekali. Dengan 24 ekor sapi betina, setiap tahun Koptu Wagimin memperoleh 24 pedet (anakan sapi). Dengan sistem nggaduh (bagi hasil) itu pemilik dapat bagian 12 ekor sapi. Harga seekor sapi yang sudah bisa dipisah dari induknya paling murah Rp 3 juta. Artinya, Koptu Wagimin mendapat income Rp 3 juta dari seekor anak sapi setiap bulan. Pangkat kopral gaji jenderal. Kehidupan Koptu Wagimin migunani tumraping liyan (berguna bagi sesama). Alhadits mengajarkan sebaik-baiknya orang adalah yang paling berfaedah bagi sesamanya. Koptu Wagimin tidak hanya menghidupi keluarga melainkan memberi lapangan kerja buat masyarakat pedesaan yang nggaduh sapi-sapinya.

***

Fuad Fanani, bukan nama sebenarnya, manajer pemasaran sebuah perusahaan asuransi papan atas di Jakarta, ingin berterima kasih kepada orang tuanya. Dia bekerja keras dan menabung agar orang tuanya yang sudah mulai renta bisa menunaikan ibadah haji. Senyum bahagia kedua orang tua mengenakan ihram di Mekah dan Madinah se

nantiasa membayangi Fanani setiap hari. Suara azan merdu dari Masjidil Haram seakan mengiang di alam bawah sadarnya. Semangat kerja yang goyah di tepian rutinitas monoton kembali terdongkrak tatkala Fanani teringat nazarnya. Fanani akhirnya bisa memberangkatkan kedua orang tuanya menunaikan rukun Islam kelima pada 2007.

Kullu mauludin yuladu alal fitrah. Setiap manusia dilahirkan dalam fitrah. Begitu bunyi potongan sebuah hadits. Setiap orang dibekali fitrah untuk belajar menjadi orang yang cerdas finansial spiritual. Orang yang memiliki komitmen kuat pada keluhuran, dalam bahasa Arab, disebut ilah. Koptu Wagimin dan Fuad Fanani adalah orang yang setia pada nilai-nilai spiritual dalam kondisi dilematis apa pun. Orang yang memiliki visi paripurna kokoh hidup dengan satu tujuan berbakti kepada Sang Pencipta. (*)

J.Sumardianta, Guru Sosiologi SMA Kolose De Britto Jogjakarta

Ketahanan Pangan Nasional Terancam


Apa yang ditakuti bangsa Indonesia bener-bener terjadi. Harga dan pemenuhan kebutuhan pokok warga yang berbasis pertanian sudah didikte oleh bangsa lain. Hampir seluruh produk pertanian yang ada di Indonesia sekarang ini tidak terlepas dari cengkraman asing. Kenaikan harga-harga komoditas pertanian di tingkat harga dunia dapat dipastikan akan mempengaruhi tingkat harga lokal di Indonesia. Kenapa harga-harga produk pertanian dunia naik? Tentu saja kenaikan produk pertanian tidak terlepas dari naiknya tingkat harga minyak mentah dunia yang begitu tinggi sehingga negara-negara maju mengantisipasinya dengan cara menggantikan minyak mentah dengan biofuel yang dimana biofuel hanya dapat dihasilkan dari produk-produk pertanian.

Amerika Serikat contohnya, AS merupakan negara penghasil kedelai terbesar di dunia tetapi setelah harga minyak mentah naik. AS merubah sebagian hasil kedelainya ± 15% menjadi biofuel. Otomatis harga kedelai akan naik karena supply kedelai tidak sebanding dengan kebutuhan masyarakat akan kedelai yang semakin meningkat. Tidak hanya kedelai, komoditas lainnya seperti beras, gandum, jagung dan minyak sawit terkena imbas lonjakan harga akibat pengalihan minyak mentah tersebut.

Harga kedelai dunia saat ini naik 100% yaitu dari ±300 dolar AS per ton pada awal tahun 2007 menjadi ±600 dolar AS per ton pada akhir tahun 2007. Begitu pula dengan komoditas lainnya (2 tahun terakhir) beras naik 18, 25% dari $274, 67 menjadi $324, 8 per ton, Gandum naik 108, 02% dari $180, 01 menjadi $374, 45 per ton, Jagung naik 48, 76% dari $53, 98 menjadi $80, 3 dan minyak sawit naik 124, 28% dari $420, 23 menjadi $942, 5.

Padahal untuk diketahui saja, kita adalah salah satu importir terbesar kedelai yaitu sebesar 68, 5% dari kebutuhan nasional, importir jagung sebesar ±25%, dan yang paling parah adalah gandum/terigu yaitu 100% kebutuhan nasional kita import seluruhnya dari Amerika Serikat. Pada awal januari 2007 lalu harga lokal kedelai eceran masih sekitar Rp 3.450 tetapi setelah AS mengeluarkan kebijakan pengalihan minyak mentah dengan biofuel sekarang harga lokal kedelai telah berubah menjadi Rp 7.500/kg. Harga kedelai dan komoditas lainnya diprediksi akan terus mengalami kenaikan seiring naiknya harga minyak mentah di pasar dunia yang semakin tinggi dan lahan pertanian kedelai yang tiap tahunnya mengalami penyusutan. Menunggu turunnya harga kedelai dan komoditas lainnya tanpa kita berusaha mencoba untuk memproduksi kebutuhan sendiri sama saja menunggu kucing bersahabat dengan tikus (emangnya Tom and Jerry :p) alias ga mungkin githu lho !!.

Jangan pernah beralasan tanpa berbuat yaitu dengan mengatakan (selalu untung  ga mau rugi he..he) “Untung saja hanya kedelai (bukan termasuk salah satu dari 9 bahan pokok) coba kalau beras kita bisa ga makan”. Seharusnya kita memperkuat ketahanan pangan kita di seluruh produk-produk petanian tanpa terkecuali bukannya mencari-cari alasan untuk membenarkan kesalahan apa yang kita perbuat selama ini. Apa ga malu dengan Negara Vietnam? Pada tahun 80-an Vietnam masih dilanda perang saudara bahkan dengan Amerika (yang dimana Rambo sebagai jagoannya) dan luas wilayahnya pun hanya 329.560 km2 bandingkan dengan Indonesia yang luasnya hampir mencapai 2 juta km2 tetapi kenapa Vietnam bisa dinobatkan sebagai penghasil beras terbesar dunia? Vietnam juga telah memiliki pangsa pasar beras sebesar 40-45% kebutuhan beras pasar dunia dan yang paling menyakitkan adalah kita sebagai negara agraris harus melakukan impor beras dari Vietnam untuk mengatasi kekurangan pasokan beras serta menstabilkan harga beras secara nasional sebanyak 1, 5 juta ton/tahun. So, Apa yang harus kita lakukan? tidak ada jalan lain selain kita harus mandiri dan terbebas dari campur tangan asing. Anda siap?

Budi Wahyu Mahardhika
mahardhika@snfconsulting.com
Kejawan, 11 Muharram 1429 H

Buktikan Dirimu Sendiri yang Terbaik

Tiba-tiba saya menyesali keputusan perusahaan yang tidak mengikutkan saya untuk hadir di acara bedah buku FSQ di Islamic Book Fair Malang. Tapi mau gimana lagi, mulai jam 19.30 kemarin malam tanggul penahan lumpur Lapindo Sidoarjo jebol dan sampai sekarang belum dapat diperbaiki akibatnya 2 jalur yang menghubungkan Surabaya-Malang (tertutup lumpur setinggi 1 meter) terputus. Ketika saya kembali ke Surabaya pun tanggal 27 Desember 2007 lalu, musibah banjir telah dimulai (Cepu,Bojonegoro,dll). Tapi alhamdulillah saya masih tertolong karena baru hari berikutnyalah musibah banjir besar itu terjadi.


Musibah datang silih berganti seakan-akan tidak ada henti-hentinya belum satu musibah selesai datang lagi musibah berikutnya seperti pepatah bilang “Lepas dari mulut buaya, masuk ke mulut harimau”. Belum lagi, masyarakat harus menghadapi harga-harga yang mulai merangkak naik dimulai dari naiknya 9 bahan pokok, biaya kesehatan, biaya pendidikan dan yang terakhir gonjang-ganjing akan naiknya BBM yang diakibatkan karena harga minyak dunia yang melonjak. Kita bermain pepatah lagi “Sudah jatuh di timpa tangga terus di tiban batako, batu kepek terus sekalian rumahnya nibanin pemiliknya” itulah nasib dari bangsa Indonesia.


Apakah kita harus menyalahkan pemerintah? Di alam modern ini, peran pemerintah memang harus menjadi semakin kecil karena masyarakat sudah mampu mengurus dirinya sendiri. Acap kali kita mengecilkan peran dan kemampuan swadaya masyarakat, lalu menyerahkan urusan-urusan yang sebetulnya urusan kita kepada pemerintah. Sangat mungkin jadi kesalahannya terletak pada diri kita sendiri. Kita mengharap terlalu banyak dari pemerintah dan kaum elit politik, serta tidak melakukan apa-apa terhadap diri kita sendiri. Kita terlalu pasrah menunggu sampai pemerintah mengubah nasib kita. Kalau pemerintah yang sekarang belum mampu, mungkin pemerintah yang akan datang bakal mampu mengubah nasib kita. Lha, bagaimana kalau tidak ?


Jangan bermimpi, Saudaraku. Rebut kembali nasib Anda. Be your best! Tuntut dirimu sendiri menjadi yang terbaik. Kerja keras dan kembangkan dirimu menjadi yang paling unggul. Jangan tunggu orang lain mengubah nasibmu. Nasib kita hanya ditentukan oleh diri kita sendiri, seberapa hebat kita tampil di kancah persaingan. Jangan tunggu pemerintah memperbaiki sistem pendidikan karena kita berkemampuan mendidik diri kita sendiri. Jangan tunggu pemerintah membasmi korupsi karena kita sendiri dapat mulai menjadi sel antikorupsi dan yang terakhir jangan menunggu bantuan/sumbangan dari pemerintah padahal kita mampu untuk memberi bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan.

Jadilah lilin di tengah kegelapan. Jadilah lilin yang mencerahkan. Biarlah angin dan badai berembus, asal kita mampu terus menyala. Karena, kalau kita tidak menyala, kita akan mati.

Buktikan merahmu Saudaraku… Biarlah Allah SWT saja yang melihat dan menilai pekerjaan kita, bukan yang lain.


Selamat Tahun Baru Hijriyah 1 Muharram 1429, wahai saudaraku. Semoga di tahun 1429 H nanti, kita di mudahkan oleh Allah untuk mengemban amanah yang diberikannya-Nya dengan kualitas terbaik dan saya juga mengucapkan selamat kepada Akhuna Heri sebagai Ketumda yang baru semoga KAMMDA Surabaya jauh lebih baik dan jauh bermanfaat bagi masyarakat dan dakwah Islam ke depan. Selamat Berjuang!!!


Budi W. Mahardhika
mahardhika@snfconsulting.com
Kejawan Gebang, 05 Januari 2008

Manfaat Ekonomi Korps Alumni

Suasana malam, hujan dan hawa dingin yang merasuk di Ibukota Jakarta seakan tidak terasa melainkan hanya hawa panas yang menyelimuti ketika pagelaran istimewa musdalub ini akan diselenggarakan Senin pagi jam 08.00 waktu IAIN. Kenapa pagelaran ini begitu spesial dan di tunggu kehadirannya? Tentu saja karena pagelaran yang satu ini baru kali ini diselenggarakan semenjak Republik KAMMDA Surabaya ini berdiri, yaitu sekitar 9 tahun yang lalu. Tetapi patut disayangkan kehadirannya bertepatan dengan liburan panjang yang diakibatkan berdekatannya 3 hari libur nasional, yaitu Idul Adha, Natal, dan Tahun Baru di mana mahasiswa dan alumni republik ini sedang menikmati liburan alias pulang kampung. Semoga saja kondisi eksternal yang terjadi tidak menggangu perhelatan akbar ini dan akan menghasilkan perubahan yang signifikan bagi republik ini.Amin..

Sebetulnya apa saja sih materi yang akan di bahas dalam Musdalub ini? Saya memprediksikan minimal ada 3 hal penting yang akan di bahas. Apa itu? Pertama, PertanggungJawaban Badan Pengurus Harian (BPH) KAMMDA Surabaya periode 2007-2008 termasuk di dalamnya alasan utama yang menyebabkan Musdalub ini terjadi. Kita sebagai rakyat republik ini ingin tahu lebih jelas tentang alasan yang menyebabkan Sang Ketum mengundurkan diri (kalau Sekum sih udah tahu ga usah di tanya :p). Kedua, pemilihan ketum dan sekum baru untuk periode 2008-2009. Wah dasyat!! Pemilihan ketum yang baru merupakan momen yang sangat penting dalam perhelatan akbar ini. Bagaimana tidak penting? Ketum baru akan dihadapkan 2 momen luar biasa besar di Negara Kesatuan Republik Indonesia ini, yaitu: Pilkada Jatim 2008 dan Pemilu 2009. Jika ketum dan jajarannya lemah maka dipastikan KAMMI hanya akan menjadi penonton alias ayam sayur di momen luar biasa ini. Terakhir yang ketiga, yaitu penentuan musyawarah kerja yang dimana pengurus baru menetapkan program kerjanya.

Agenda/program kerja pengurus baru yang paling mendesak dan dahulu pernah menjadi wacana pada saat musyawarah daerah periode 2004-2005 (Agus WD), yaitu pembentukan Korps Alumni Kammda Surabaya dan kalau bisa kita gulirkan wacana ini hingga tingkat nasional tetapi tentu saja Surabaya sebagai pionir awal proyek besar ini. Mengapa proyek ini sangat penting? Mengapa proyek ini harus segera dilaksanakan? Ada 10 manfaat ekonomi yang kita dapatkan ketika kita harus membuat Korps Alumni Kammi, yaitu :

1. Terbentuknya jaringan bisnis antar anggota dan alumni di lingkup Surabaya, Jatim dan Nasional

2. Informasi lowongan pekerjaan bagi anggota KAMMI dari alumni.

3. Donatur tetap bagi alumni yang berkemampuan.

4. Informasi donatur kegiatan KAMMI dari perusahaaan/lembaga yang dikelola oleh alumni.

5. Upgrading teknis dan keilmuan dari berbagai bidang oleh alumni melalui kursus, seminar atau pun diskusi rutin departemen.

6. Sebagai konsultan gratis di berbagai bidang ilmu sesuai dengan departemen masing-masing.

7. Discount/potongan harga bagi anggota KAMMI apabila melakukan transaksi di perusahaan/merchant yang dikelola alumni.

8. Alumni sebagai investor di bisnis yang di kelola departemen keuangan.

9. Mendorong terciptanya akuntabilitas dan tranparansi KAMMDA Surabaya dengan adanya laporan keuangan yang diterbitkan sebulan sekali untuk anggota, alumni dan masyarakat.

10. Mendorong terciptanya media komunikasi yang rutin seperti buletin, majalah atau website yang berfungsi sebagai sarana komunikasi antara anggota dan alumni.

Sekian dulu saran dari saya, ini merupakan bahan masukan bagi pengurus KAMMI Daerah Surabaya yang baru yang tentu saja kita berharap akan jauh lebih baik dari pendahulu- pendahulunya. Amin..

Selamat bersidang.....

Budi W.Mahardhika
mahardhika@snfconsulting.com
Jakarta, 24 Desember 2007 jam 01.27

Dilema Privatisasi BUMN

Perusahaan dikatakan baik apabila memiliki trend pertumbuhan, diminati investor, mampu membukukan keuntungan (profitable), memiliki prospek yang baik, memiliki produk/jasa unggulan, memiliki kompetensi teknis dan yang terakhir mempunyai manajemen yang andal. Dalam era globalisasi seperti sekarang ini perusahaan-perusahaan di Indonesia terutama BUMN diwajibkan untuk mewujudkan itu semua jika ingin tetap eksis dan bersaing dengan kompetitor dari negara lain. Tetapi pada kenyataannya, setiap tahun rata-rata 25% perusahaan-perusahaan BUMN malah mengalami kerugian sehingga bukannya menambah pendapatan APBN malah menjadi beban bagi negara.

Apa yang harus dilakukan pemerintah? Pertama, pemerintah mencoba memperbaiki sendiri perusahaan-perusahaan BUMN itu yaitu dengan cara melakukan restrukturisasi. Tetapi cara ini masih kurang berhasil selain terbatasnya anggaran pemerintah untuk memperbaiki kinerja, pemerintah juga dihadapkan dengan masalah budaya korupsi yang sudah melekat di setiap BUMN yang ada. Maka dibutuhkan keterlibatan pihak lain yang membantu untuk memperbaikinya, oleh karena itu, privatisasi merupakan salah satu alternatif terbaik untuk meningkatkan kinerja dan nilai perusahaan-perusahaan BUMN.


Ada 4 pandangan/sudut pandang dalam hal menentukan keputusan privatisasi, ada 3 hal yang mendukung privatisasi dan 1 hal yang menolak privatisasi. Kita bahas yang mendukung privatisasi yaitu pertama, ekonomi mikro (Kementerian Negara BUMN), kedua, ekonomi makro (Departemen Keuangan), ketiga, pemakai jasa/barang (Masyarakat), dan yang menolak yaitu dari sudut pandang ekonomi politik (Legislatif) .

Ekonomi mikro bertujuan meningkatkan produktivitas, profitabilitas, efisiensi, dan pengurangan hutang BUMN. Privatisasi juga meningkatkan Good Corporate Governance (GCG), masuknya sumber keuangan baru ke perusahaan, pengembangan pasar, manfaat alih teknologi dan yang terakhir peningkatan jaringan usaha. Kementerian Negara BUMN mau tidak mau harus melakukan keputusan privatisasi dikarenakan pemerintah menginginkan setiap perusahaan BUMN yang ada menjadi sehat dan mencetak laba dalam setiap tahunnya.

Dari sisi ekonomi makro, tujuan privatisasi berorientasi pada kepentingan fiskal, yaitu untuk menambah sumber Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN), perbaikan iklim investasi, dan pengembangan pasar modal. Dalam jangka panjang, keberhasilan program privatisasi dapat mendukung sumber dana APBN. Semakin besar laba yang dapat dihasilkan BUMN maka dapat kita pastikan juga pemasukan untuk APBN yang berasal dari pajak dan dividen akan semakin meningkat.

Obyektivitas pemakai jasa/barang lebih banyak dipengaruhi oleh tingkat harga barang/jasa yang terbentuk di masyarakat. Tentu saja, semakin banyak persaingan yang terjadi di bisnis sejenis maka tingkat harga yang terbentuk akan semakin murah sehingga jasa/barang yang diperjualbelikan dapat terjangkau oleh masyarakat luas.


Obyektivitas ekonomi politik bertujuan melindungi asset nasional dengan pertimbangan melindungi bidang usaha yang berkaitan dengan nasionalisme, keamanan negara dan usaha sumber daya alam. Memang sekarang tingkat kepemilikan pemerintah di setiap perusahaan-perusahaan BUMN masih mayoritas dimana pemerintah masih memiliki saham di atas 51 persen di seluruh BUMN yang ada, pengecualian pada Indosat yang melepas lebih dari 85 persen kepemilikan pemerintah. Tetapi tidak menutup kemungkinan kalau pemerintah hanya menitikberatkan pada keuntungan ekonomi makro dan mikro saja tanpa melibatkan nasionalisme/ekonomi politik maka perusahaan yang dahulunya milik/monopoli pemerintah Indonesia dapat berpindah ke perusahaan/pemerintah negara lain.

Saat ini sekitar 10% BUMN telah di privatisasi dari total 140 perusahaan BUMN. Untuk tahun 2008, Kementerian Negara BUMN merencanakan target privatisasi 28 perusahaan BUMN lagi atau sekitar 20% dari jumlah total perusahaan BUMN.
Jadi, bagaimana menurut teman-teman ? Privatisasi itu baik atau buruk ? Apabila tidak di privatisasi maka perusahaan BUMN tidak mampu bersaing dan pemerintah pun mengalami kerugian dikarenakan menanggung beban-beban yang ada. Tetapi jika diteruskan maka perusahaan-perusahaan milik pemerintah akan dikuasai sepenuhnya oleh perusahaan asing dikarenakan perusahaan dalam negeri masih belum mampu bersaing dalam hal penyediaan modal. Dilema bukan ? (Sumber : Kompas, 10 Desember 2007).

Budi W.Mahardhika
mahardhika@snfconsulting.com
Kejawan Gebang, 18 Desember 2007 (02.40)

Naik-Naik..BBM Naik

Ironis…ketika negara-negara penghasil minyak mendapatkan panen besar, Indonesia sebagai produsen minyak malah merugi. Bukti panen besar produsen minyak negara-negara Timur Tengah adalah pembelian besar-besaran armada udara Boeing 320 dreamliners yang harganya 320 juta dollar US (sekitar 3 Trilyun) oleh maskapai penerbangan mereka. Salah satunya adalah maskapai penerbangan Qatar (Emerates) telah membeli 70 dreamliners bertipe A30XWB sebanyak 70 buah dan 11 buah dreamliners bertipe A30 begitu pun maskapai saingannya yaitu Qatar Airlines telah memesan 142 pesawat Boeing terbaru yang didalamnya termasuk 30 Boeing dreamliners untuk menjalankan aktivitas operasional mereka. Bahkan Pangeran Awalid pun yang mempunyai kekayaan 20,3 milyar dollar (180 Trilyun) dari Arab Saudi turut ikut-ikutan membeli Boeing 320 dreamliners untuk kendaraan pribadi.(Bisnis Indonesia )

Mengapa harga minyak dunia naik? Ada 3 kemungkinan, yaitu pertama, minyak naik karena ketegangan politik di Timur Tengah terutama ketegangan di Irak. Kedua, berkurangnya kapasitas produksi minyak dunia dalam menyuplai kebutuhan dunia atau yang terakhir adalah spekulasi harga global yang menginginkan harga minyak naik Berita terakhir OPEC memutuskan tidak menaikan produksi dengan pertimbangan sudah menaikkan produksinya pada November silam sebesar 500 ribu barrel (Detik Finance) sehingga diyakini harga minyak tidak akan turun di bawah level $80 per barrel (Menurut Paskah Suzetta) padahal dalam APBN 2007, asumsi harga minyak dipatok hanya $60 per barrel.

Kebutuhan akan minyak dunia tiap harinya terus bertambah sedangkan kapasitas produksi minyak dunia tiap harinya relatif tetap maka tidak heran kalau harga minyak tiap tahunnya bukan tambah murah malah semakin mahal. Indonesia sebagai produsen minyak dengan kapasitas maksimal produksi kilang 1,046 juta barrel (Rata-rata hanya 950 ribu barrel) per hari tidak mampu menutupi kebutuhan akan BBM dalam negeri yang rata-rata tiap harinya 1,4 juta barrel sehingga mau tidak mau bangsa kita harus mengimpor 450 ribu barrel per hari atau lebih dari 40% dari kebutuhan nasional.

Kenaikan harga minyak menyebabkan subsidi BBM ikut meningkat. Tahun 2007, subsidi BBM yang dalam APBN dianggarkan sebesar 55,6 Trilyun membengkak menjadi 87,7 Trilyun begitu juga subsidi listrik dari 32,4 Trilyun menjadi 43,47 triliun. Asumsi subsidi BBM di tahun 2008 untuk harga minyak dunia berturut-turut $90,$95 dan $100 per barrel maka pemerintah harus mensubsidi sebesar 140,8 T, 155,8 T dan 170,7 T padahal anggaran pendidikan setahun hanya 51,4 Trilyun hampir sama dengan cicilan hutang pemerintah sebesar 54,1 Trilyun tiap tahunnya dari total pendapatan pemerintah sekitar 400 Trilyun per tahun. Maka bersiap-siagalah mulai tanggal 01 Januari 2008 pemerintah mau tidak mau harus menaikan harga BBM dalam negeri karena tidak sanggup untuk mensubsidi beban yang begitu besar.

Harga BBM bertahap akan naik untuk premium (Oktan 88) tetap yaitu Rp.4500 per liter tapi hanya diperuntukkan untuk kendaraan dinas, umum dan sepeda motor. Sedangkan untuk kendaraan pribadi diharuskan menggunakan BBM premium jenis Oktan 90 dan Pertamax yang harganya masing-masing Rp.6750 dan Rp.7750. Harga BBM Industri telah naik lebih dahulu pada tanggal 01 Desember 2007 kemarin sekitar 14,6 – 21,6 % dari harga sebelumnya. Makin berat saja hidup ini L. Bagaimana nih mas-mas dan mbak-mbak Kastrat,apa yang harus kita lakukan ? Masak harus menunggu setelah sekjen menikah he..he?

Budi W.Mahardhika
Bendum Kammda (2004-2006)
mahardhika@snfconsulting.com

Mengapa KAMMI Harus Berwirausaha?


Mengapa pemuda Islam di Indonesia harus berwirausaha? Sebuah pertanyaan yang seharusnya mulai dipikirkan dari sekarang bagi mereka yang mengaku pemuda. Pada bahasan yang lalu, telah diawali sebuah tulisan yang menyangkut semangat kepahlawan dalam bidang ekonomi. perlu diketahui bahwa, pemuda Islam di Indonesia tidak banyak yang sepak terjangnya di dunia wirausaha. Padahal, kita tahu ranah wirausaha ini merupakan area yang cukup strategis apabila ingin menguasai dunia. Namun, sayang peluang ini masih belum cukup baik dilihat oleh pemuda Islam di Indonesia. Setidaknya ada 4 alasan yang melatarbelakangi mengapa pemuda Islam di Indonesia harus berwirausaha?


Pertama, Perbandingan kualitas Sumber Daya Manusia antara muslim dengan non-muslim yang tidak sebanding. Mari kita lihat, besar jumlah umat Islam di Indonesia saat ini mencapai 80-90% dari jumlah penduduk (160-180 juta). Jumlah pengusaha yang ada saat ini hanya 168 ribu orang. Bandingkan dengan jumlah penduduk non-muslim yang hanya berjumlah 10-20% dari jumlah penduduk (20-40 juta) tetapi dapat menguasai 70% dari jumlah total pengusaha Indonesia, yaitu 392 ribu orang. Kalau Head to Head (bersaing) maka kualitas sumber daya manusia non muslim dalam menumbuhkan kinerja ekonomi adalah 1:21 orang. Maka, jangan heran jika sampai saat ini program kristenisasi atau pemurtadan dapat hidup dan tumbuh subur di negara yang muslimnya terbesar di dunia ini. Ini merupakan alasan utama, mengapa pemuda Islam di Indonesia harus berwirausaha.


Kedua, adalah tingginya tingkat pengangguran yang diakibatkan kurang seimbangnya antara jumlah pengusaha (perusahaan) dengan jumlah pekerja. Jumlah pengangguran di Indonesia pada akhir tahun 2006 saja, yaitu: pemuda sebanyak 10,85 juta jiwa dan sarjana 385.418 jiwa (Bisnis Indonesia, 11 Nopember 2006) dan akan bertambah setiap tahunnya. Jika pengangguran tidak segera di atasi maka jumlah masyarakat miskin di Indonesia akan bertambah (Data Bank Dunia 2006, 49% penduduk Indonesia dalam kondisi miskin) sehingga akan mengakibatkan negara tidak stabil dikarenakan naiknya jumlah kriminalitas (iklim investasi terganggu).


Ketiga, ketergantungan impor di Indonesia yang sangat membahayakan. Hampir seluruh kebutuhan pokok di Indonesia harus kita penuhi dengan cara impor. Gandum/terigu 100%, pakan udang 35%, susu 70%, gula 40%, garam 50%, 25% kebutuhan daging sapi nasional (550 ribu ekor sapi), beras, kedelai dan lain-lain, bahkan minyak bumi pun kita harus impor sebanyak 40% dari kebutuhan nasional. Padahal Indonesi termasuk negara produsen minyak. (Kompas,14 Nopember 2007).


Keempat, adalah ketergantungan terhadap merek asing yang memalukan. KFC, Mc D, 5 a Sec, Starbuck, dan lain-lain mendapatkan apresiasi sangat baik di hati konsumen Indonesia. Masyarakat Indonesia lebih menyukai dan bangga memakai produk luar negeri dari pada produk dalam negeri. Bangga menggunakan produk luar negeri dianalogikan sama dengan membunuh saudara sendiri di rumah yang sama secara pelan-pelan. Negara miskin penyumbang negara-negara kaya, mungkin itu merupakan kata-kata yang pas bagi bangsa dan rakyat Indonesia. Padahal, kemandirian suatu bangsa merupakan sesuatu yang mutlak yang harus dilakukan apabila bangsa ini ingin berubah ke arah yang lebih baik.


So, apakah Anda ingin berpartisipasi? Apakah Anda ingin memajukan bangsa ini? Bila iya, maka menjadi pengusaha merupakan salah satu pilihan terbaik yang harus diprioritaskan bagi kader KAMMI yang menginginkan perubahan di negeri ini. Wallahu’alam bis showab.


Budi W. Mahardhika

mahardhika@snfconsulting.com


Semangat 10 November

Dalam bukunya yang terbaru, Where Have All the Leaders Gone? (Ke mana perginya para pemimpin?) Lee Iacocca gregetan. Bagaimana tidak geregetan? Dia mengetahui bahwa dalam bidang matematika dan ilmu pengetahuan eksak pada skala internasional urutan pertama diduduki oleh Korea Selatan, kedua Jepang, dan yang ketiga Singapura. Amerika Serikat berada di peringkat ke-18 dari 24 peserta yang mengkuti moment tersebut. Untuk mengatasi ketertinggalan itu, Iacocca menunjukkan jalan yang harus dilakukan, agar bangsa Amerika bekerja keras dan memperhatikan pendidikan anak-anak mereka. Rasa nasionalisme, rela berkorban dan harga diri kebangsaannya tumbuh seketika ketika mendengar kabar yang mengejutkan tersebut. Ia tidak rela bangsanya dipermalukan.


Bagaimana dengan bangsa Indonesia? Apakah kita masih mempunyai nasionalisme kebangsaan? Ataukah kita hanya berdiam diri saja dengan keadaan yang ada karena memang bukan urusan kita? Atau yang paling ekstrim kita malu sebagai bangsa Indonesia? Kita boleh berbanggga, Indonesia merupakan negeri kaya akan sumber daya alam, Indonesia merupakan negara demokrasi terbesar ketiga setelah India dan AS dan bahkan Indonesia memiliki ratusan tokoh yang telah mendapatkan gelar pahlawan nasional. Daftar ini akan menjadi lebih panjang jika kategori pahlawan kemerdekaan dan pahlawan revolusi turut dihitung. Namun, mengapa jumlah pahlawan yang banyak belum membuat negeri ini menjadi bangsa yang besar? Mengapa Indonesia belum bisa diakui sebagai bangsa besar di dunia Internasional? Bukankah dengan merayakan Hari Pahlawan setiap tahun kita telah taat terhadap pernyataan, bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai pahlawannya.

Coba bandingkan Indonesia dengan Singapura dan Malaysia. Secara historis, kedua negara ini tak memiliki rekaman historis yang heroik saat meraih kemerdekaannya, tetapi kinerja ekonomi negeri tetangga ini jauh melampaui Indonesia. GNP per kapita Singapura 30 kali lebih besar dari Indonesia. Juga GNP per kapita Malaysia sekitar 3 kali lipat Indonesia, maka benarkah negeri dengan banyak pahlawan seperti Indonesia memiliki beban jauh lebih berat untuk menjadi bangsa yang besar? Dimanakah semangat 10 Nopember itu? Indonesia butuh pahlawan-pahlawan baru dalam bidang ekonomi. Indonesia butuh pahlawan yang dapat menggerakkan roda bisnis dan meningkatkan kinerja ekonomi. Pahlawan baru itu adalah entrepreneur/pengusaha.

Ir. Ciputra dalam Koran Bisnis Indonesia menyatakan : "Indonesia butuh banyak entrepreneur kalau ingin maju. Sekarang ini, jumlah pengusaha Indonesia hanya 0,28 % dari jumlah penduduk padahal di negara maju minimal 5 % jumlah pengusahanya. Bandingkan dengan Singapura yang mempunyai jumlah entrepreneur sekitar 8 % dari jumlah penduduk."
Celakanya lagi di Indonesia mayoritas entrepreneur 70% di huni oleh keturunan Tionghoa atau non muslim. Jadi jumlah entrepreneur muslim di Indonesia hanya berjumlah 0.084% atau jumlahnya sekitar 168 ribu orang. Kalau jamaah Tarbiyah jumlahnya 1% (asumsi 2 juta orang) dari jumlah penduduk maka hanya 1680 orang se-Indonesia. Kalau anggota atau alumni KAMMI yang jadi entreprenur berapa ya? Mohon hitung sendiri he..he :p. Anda siap jadi entrepreneur? (Sumber : Kompas dan Bisnis Indonesia)

Budi W.Mahardhika
Bendum KAMMDA Surabaya (2004-2006)
mahardhika@snfconsulting.com

Nasehat Bermakna

"Dunia itu manis lagi hijau. Siapa yang memperoleh harta dari usaha halalnya lalu membelanjakannya sesuai dengan hak-haknya, maka Allah akan memberinya pahala dari nafkahnya itu, dan Dia akan memasukkannya ke dalam surga-Nya. Siapa yang memperoleh hartanya dari jalan haram lalu ia membelanjakannya bukan pada hak-haknya, maka Allah akan menjerumuskannya ke dalam tempat yang menghinakan (neraka). Banyak orang yang dititipi harta Allah dan Rasul-Nya kelak di hari kiamat mendapat siksa api neraka." (HR, al-Baihaqi)